Home / Uncategorized / Revolusi Robot Amazon: 1 Juta Mesin Gantikan Pekerja Manusia?

Revolusi Robot Amazon: 1 Juta Mesin Gantikan Pekerja Manusia?

Perusahaan teknologi raksasa, Amazon, kini mengoperasikan lebih dari 1 juta robot di berbagai gudangnya di seluruh dunia. Angka yang menakjubkan ini hampir menyamai jumlah total karyawan manusia Amazon yang saat ini tercatat sebanyak 1,56 juta orang, berdasarkan laporan dari The Wall Street Journal.

Pencapaian ini menandai sebuah titik krusial dalam transformasi operasional Amazon yang telah berlangsung lebih dari satu dekade. Amazon memulai perjalanan otomatisasi ini pada tahun 2012, ketika mengakuisisi Kiva Systems, sebuah perusahaan robotik, senilai 775 juta dollar AS. Sejak saat itu, raksasa e-commerce ini terus mempercepat pengembangan dan perluasan armada robotiknya, baik dari segi kuantitas maupun keberagaman fungsinya.

Kini, perusahaan yang didirikan oleh Jeff Bezos pada tahun 1994 ini telah mengembangkan sembilan jenis robot berbeda yang ditugaskan untuk berbagai pekerjaan vital di dalam gudang. Mulai dari menyortir barang dengan presisi, mengambil produk dari rak-rak penyimpanan, mengantar barang ke staf manusia, mengangkut paket ke titik pengiriman, hingga mengangkat beban berat untuk dimuat ke truk logistik.

Salah satu inovasi terbaru Amazon adalah robot bernama Vulcan, yang dirancang khusus untuk mengambil barang dari berbagai rak kemudian mengemasnya. Selain itu, ada Proteus, robot otonom pertama Amazon yang mampu bergerak bebas di dalam gudang tanpa hambatan. Dilengkapi dengan sensor canggih untuk mendeteksi rintangan, Proteus mampu mengangkut beban hingga 400 kilogram menuju area pemuatan truk.

Berkat integrasi teknologi robotik canggih ini, Amazon mengeklaim bahwa sekitar 75 persen atau tiga dari empat pengiriman global kini diproses dengan bantuan robot, setidaknya dalam satu tahap dari keseluruhan proses logistik yang kompleks.

Peningkatan peran robot dalam rantai pasok Amazon secara signifikan mendorong produktivitas karyawan manusia. Data menunjukkan lonjakan drastis, dari rata-rata 175 paket per karyawan per tahun pada 2015, kini melonjak menjadi 3.870 paket per karyawan pada 2024. Peningkatan luar biasa ini tak lepas dari efisiensi yang tercipta melalui integrasi sistem robot dan kecerdasan buatan (AI) dalam operasional sehari-hari.

Namun, di sisi lain, peningkatan penggunaan robot ini berbanding terbalik dengan jumlah pekerja manusia. Amazon mencatat adanya penurunan rata-rata karyawan per fasilitas. Tahun lalu, rata-rata jumlah karyawan per gudang hanya sekitar 670 orang, menjadikannya angka terendah dalam 16 tahun terakhir.

Penurunan jumlah karyawan ini menyusul gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang dilakukan Amazon dalam beberapa tahun terakhir. Puncaknya terjadi pada Januari 2023, ketika CEO Amazon, Andy Jassy, mengumumkan PHK kepada lebih dari 18.000 karyawannya, menjadi pemutusan hubungan kerja terbesar sepanjang sejarah Amazon.

Dalam memo internal yang diedarkan kepada karyawan belum lama ini, CEO Amazon Andy Jassy menegaskan bahwa penggunaan AI di gudang akan terus ditingkatkan. Teknologi AI ini dimanfaatkan untuk berbagai tujuan strategis, seperti meningkatkan penempatan inventaris, memprediksi permintaan konsumen, dan tentu saja, mengoptimalkan kinerja robot.

“Kami menggunakan AI untuk meningkatkan penempatan inventaris, peramalan permintaan, dan efisiensi robot kami,” tulis Jassy. Ia menambahkan, “Seiring dengan peluncuran fitur AI generatif dan agen otomatis, kami akan membutuhkan lebih sedikit orang untuk pekerjaan yang saat ini masih dilakukan secara manual.”

Pernyataan ini memperkuat tren bahwa sebagian pekerjaan manual berpotensi besar tergantikan oleh sistem otomatis dalam beberapa tahun mendatang. Kendati demikian, Amazon juga mengklaim telah melatih lebih dari 700.000 pekerjanya secara global untuk beradaptasi dengan teknologi baru ini, termasuk melalui program magang dan pelatihan sebagai teknisi robot. Ini mengindikasikan bahwa meskipun beberapa posisi manual mungkin hilang, peluang kerja baru akan muncul di bidang-bidang yang lebih teknis, seperti pemeliharaan robot, analisis data logistik, hingga pengembangan perangkat lunak.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *